Berbagi Ilmu

10 Maret 2013

SEJARAH DINASTI FATIMIYAH



Dinasti Fatimiyah

a).    Sejarah Singkat Keluarga Bani Fatimiyah
Bani Fatimiyah mengambil namanya dari Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW. Mereka menasabkan asal usul mereka kepada Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad SAW, melalui garis Ismail, putra Ja’far As-Sadiq. Bani Fatimiyah menganut aliran Syiah.

b).    Masa Kekuasaan Bani Fatimiyah
Melemahnya kekuasaan Bani Abbasiyah memberi kesempatan kepada kelompok Syiah, Khawarij dan Mawali untuk melakukan gerakan. Di Afrika Utara, kelompok Syiah Ismailiyah mulai membagun gerakannya. Pada tahun 288 H/909 M, Ubaidillah Al-Mahdi mendirikan kekhalifahan Bani Fatimiyah di Tunisia (Khairuwan). Atas bantuan Abdullah Asy-Syi’I, seorang da’i Ismailiyah. Setelah kekhalifahan Bani Fatimiyah berdiri, ia segera mendapat perlawanan dari kelompok pendukung Bani Umayyah di Andalusia serta kelompok Khawarij dan Barbar.

Khalifah-khalifah Bani Fatimiyah :

1).     Ubaidillah Al-Mahdi (909 - 946 M)
2).    Al-Qa’im (934 - 946 M)
3).    Al-Mansur (946 - 953 M)
4).   Al-Mu’izz (953 - 975 M)
5).    Al-Aziz (975 - 996 M)
6).   Al-Hakim (996 - 1021 M)
7).    Az-Zahir (1021 - 1036 M)
8).   Al-Mustansir (1036 - 1094 M)
9).    Al-Musta’il (1094 - 1101 M)
10). Al-Amir (1101 - 1130 M)
11).  Al-Hafiz (1130 - 1149 M)
12). Az-Zafir (1149 - 1154 M)
13).  Al-Fa’iz (1154 - 1160 M)
14). Al-Adid (1160 - 1171 M)


Setelah menancapkan kekuasaannya di Tunis, Usaha-usaha Ubaidillah Al-Mahdi :
a.     Mendirikan kota Almahdiyah
b.     Meluaskan kekuasaan dan penyerbuan terhadap Mesir tetapi tidak berhasil

Ubaidillah Al-Mahdi wafat dan digantikan oleh putranya Al-Qa’im. Kemudian khalifah Al-Qa’im melanjutkan penyerbuan terhadap Mesir dan juga tidak berhasil. Selanjutnya Al-Qa’im digantikan oleh putranya Al-Mansur dan beliau juga berusaha menaklukkan Mesir tapi usahanya masih gagal. Kemudian khalifah Al-Mansur digantikan oleh putranya yang bernama Al-Mu’izz dan beliaulah yang berhasil menaklukkan Mesir dengan mengutus panglima Jauhar Al-Katib as-Shaqali pada athun 969 M. lalu mendirikan kota baru yang disebut Al-Qahira (Kairo) yang berarti kemenangan. Setelah itu memindahkan ibu kota ke Kairo. Di kota inilah Bani Fatimiyah mencapai puncak kejayaan, terutama pada masa pemerintahan  khalifah Al-Mu’izz , khalifah Al-Aziz , dan khalifah Al-Hakim.

Kejayaan pada masa khalifah Al-Aziz, istananya dapat menampung 30.000 tamu, mesjidnya sangat megah, perhubungan lancar, dan keamanan terjamin. Serta melakukan pembangunan dilakukan di sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Bani Fatimiyah juga mencapai perkembangan yang pesat dalam bidang kebudayaan ditandai dengan didirikannya Universitas Al-Azhar yang berfungsi sebagai pusat pengkajian islam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Pada masa khalifah Al-Hakim didirikan Darul Hikmah, yaitu pusat pengajaran ilmu kedokteran dengan tokohnya Ibnu Yunus dan ilmu astronomi dengan tokohnya Ibnu Haitam. Selain itu khalifah Al-Hakim juag mendirikan perpustakaan yang diberi nama Dar Al-’llm yang menyediakan jutaan buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Pada tahun 1013 M, Al-Hakim membentuk majelis ilmu di istananya.

Beberapa faktor yang mendorong kemajuan Bani Fatimiyah adalah militernya yang kuat, administrasi pemerintahan yang baik, ilmu pengetahuan yang berkembang, dan perekonomian yang stabil. Akan tetapi, Bani Fatimiyah kurang berhasil di bidang politik.

Penyebabnya itu antara lain :
a.   Ketika menghadapi kelompok Nasrani dan Islam Suni yang lebih dahulu mapan di Mesir
b.  Lemahnya figur khalifah setelah meninggalnya khalifah Al-Aziz
c.   Banyak khalifah yang diangkat pada usia muda. Akibatnya khalifah hanya menjadi budak Wajir dan pejabat yang berkepentingan
d.  Permusuhan diantara pejabat istana yang berasal dari suku Barbar, Turki, Bani Hamdan, dan Sudan
e.   Kehidupan khalifah dan bangsawan yang tenggelam dalam kemewahan serta memaksakan ideologi syiah kepada rakyat Mesir yang mayoritas Suni

c).    Berakhirnya Kekuasaan Bani Fatimiyah
Berakhirnya kekuasaan Bani Fatimiyah berawal dari konflik kepentingan untuk merebut jabatan Wajir di istana Bani Fatimiyah. Selain itu, terdengar rencana penyerangan pasukan perang salib terhadap Bani Fatimiyah.

Pada masa itu, pemerntahan dipegang oleh khalifah Az-Zafir. Ia merasa tidak mampu menahan serangan pasukan perang salib kemudian meminta bantuan kepada Nuruddin Zanki, penguasa Bani Abbasiyyah di Suriah yang mengirim Asaduddin Syirkuh dan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Mereka berhasil membendung serangan tentara Salib ke Mesir yang dipimpin oleh Amauri. Lalu pada masa pemerintahan khalifah Al-Adid, Amauri kembali menyerang Mesir. Khalifah Al-Adid kembali meminta bantuan kepada Nuruddin Zanki melalui perdana mentrinya bernama Syawar. Asaduddin Syirkuh dan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang dikirim oleh Nuruddin Zanki berhasil mengalahkan pasukan salib. Asaduddin Syirkuh dan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi mendapat sambutan hangat dari khalifah dan semua masyarakat Mesir. Keadaan ini menumbuhkan rasa iri pada diri Syawal. Kemudian dia berusaha menyingkirkan dua orang tersebut. Akan tetapi niat buruk itu diketahui  oleh Asaduddin Syirkuh dan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Mereka berhasil menangkap Syawar, sebelum ia sempat melaksanakan rencananya. Syawar akhirnya dihukum mati oleh khalifah.

Khalifah Al-Adid kemudian mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai perdana menteri pada tahun 1169 M. akan tetapi, ia menjabat Perdana Menteri selama dua bulan karena meninggal. Kemudian jabatan perdana menteri digantikan oleh Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang diberi gelar Al-Malik An-Nasir. Mulai saat itu pemegang kekuasaan di Mesir adalah Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Setelah khlifah Al-adid meninggal dunia pada tahun 1171 M. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatakan kesetiaannya kepada khalifah Bani Abbasiyah, Al-Mutadi. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Bani Fatimiyah. Penguasa Mesir selanjutnya adalah Dinasti Ayyubiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar